
Dimensi biologis ini adalah perubahan spesifik fungsi sistem organ tubuh dari yang belum aktif menjadi aktif. Perubahan-perubahan tersebut biasanya terjadi pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang kita kenal dengan sebutan menstruasi pertama (remaja putri) atau pun mimpi basah dan perubahan suara pada (remaja putra), secara biologis mereka mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Perubahan fungsi sistem reproduksi menjadi sangat dominan sekali, karena pada masa pubertas, dimana sistem hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon, yaitu gonadotrophins atau gonadotrophic hormones. Kedua jenis hormon tersebut berhubungan erat dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone atau sering disingkat FSH; dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Kecepatan pertumbuhan hormon-hormon tersebut di atas dapat dengan cepat pula merubah sistem biologis seorang anak. Banyak perubahan yang dapat terlihat ketika hormon tersebut bereaksi dalam diri si remaja. Memang tidak terlihat dengan jelas, namun semua itu pasti terjadi.
Tinjauan khususnya ialah anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah mulai aktif. Selain itu akan terjadi perubahan-perubahan fisik yang lain, seperti terjadinya perubahan bentukan payudara. Ini berarti payudara mulai berkembang, dan dengan jelas akan terlihat bahwa tubuh sudah menunjukkan perubahan bentukan fisik mengarah kepada orang dewasa. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Perubahan-perubahan bentuk fisik dalam diri anak tersebut akan dengan cepat berubah, kejadiannya sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja. Kendali disini tentu saja tidak dapat berfungsi dengan baik, hanya saja orangtua harus memiliki kemampuan mendampingi mereka. Karena pada waktu pertama kali mereka mengalami perubahan-perubahan tersebut menjadi sangat sulit terdeteksi dengan tepat. Semua perubahan yang terjadi dalam diri mereka akan tampak asing bagi psikologis diri si anak. Untuk itu perlu ada orangtua yang bisa menjelaskan kepada mereka tentang perubahan-perubahan tersebut.
Banyak faktor yang menjadikan perubahan-perubahan tersebut semakin sulit untuk ditebak. Bisa saja perubahan-perubahan terjadi seperti yang telah disebutkan di atas. Internal ataupun eksternal faktor sangat kuat sekali korelasinya dengan perubahan-perubahan yang dialami oleh sang anak. Seperti penjelasan pada bab sebelumnya bahwa protektor adalah kita sendiri, yaitu orangtua. Harapannya adalah jangan mengarahkan mereka untuk menanyakan semua perubahan tersebut pertama kalinya pada orang lain. Usahakan dampingi mereka dengan pembicaraan-pembicaraan yang sifatnya memberikan pelajaran secara biologis, namun tidak membuat mereka merasa jijik ketika mendengarnya atau bagaimana caranya agar mereka tidak merasa risih dengan terjadinya perubahan yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat dan secara tiba-tiba.
Perlu digaris bawahi bahwa ”sumber ilmu bagi mereka adalah kita sendiri (orangtua mereka)”. Jadi betapa sayangnya bila suatu ketika perubahan tersebut mereka tidak berani mengungkapkannya pada orangtua, atau terlewatkan begitu saja oleh kita. Ada satu pertanyaan yang sifatnya mendasar dan sangat puitis. Apakah berani membuktikan bahwa mereka adalah milik kita?.
Padahal mungkin saja secara sepintas kita sendiri tidak pernah melakukan untuk menjadikan mereka menjadi bagian dari ”belahan jiwa seutuhnya”, terutama pada saat kebutuhan penting mereka tidak dapat di penuhi sesuai kemampuan. Betapa sayangnya semua itu bila terlepas begitu saja tanpa ada sedikitpun masukan dari orang tersayang mereka.
Dalam hal ini, apakah kita merasa menjadi orangtua yang bertanggung jawab? Kalau berani memberikan jawaban secara garis besarnya saja itu adalah salah satu upaya yang sangat baik. Karena memang ada sebagian dari orangtua yang tidak mungkin dapat membagikan sedikit saja dari isi kepala kepada anaknya. Hal itu lebih disebabkan karena tingginya waktu kerja orangtua, sehingga personal anak menjadi tidak mendapat perhatian dengan baik, atau mungkin karena faktor pendidikan orangtua yang cenderung tidak lebih baik dari sang anak. Bila berpandangan ke depan, sebetulnya faktor tersebut bisa ditepis. Aspek waktu bisa menjadi abstraksi motivasi kita untuk merubah permasalahan tersebut, yaitu melalui bentukan kondisi apresiasi kualitas pengertian saja pada anak sepertinya akan mendorong mereka lebih memiliki kesadaran diri untuk mengerti kondisi orangtua.
Jadi tidak perlu merasa khawatir berlebihan hanya karena kondisi permasalahan yang sangat rumit, jelasnya itu bukan menjadi alasan lagi, karena tingkatan-tingkatan waktu selalu diiringi dengan beragam perubahan sistem yang ada, begitu juga dengan bagaimana seharusnya menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak. Pada dasarnya ada bagian penting selain memberitahukan pada orangtua yang sudah memiliki dasar mendidik dan bisa mengendalikan anaknya, yaitu tradisional dan modernisasi sistem pendidikan anak menjadi bahan yang harus di pikirkan secara serius.
Konteks dasarnya ialah menemukan jawaban yang tepat agar adanya keseimbangan keduanya. Tujuannya bila suatu hari nanti dari kedua dasar tadi mengarah pada pemutarbalikan kondisi, seperti orangtua yang memiliki latar belakang tradisional menginginkan anak-anaknya mampu menerima perubahan sistem secara modern, begitupula sebaliknya dengan orangtua yang memiliki latar belakang modern. Apa yang harus dilakukan didalamnya jika kedua orangtua tidak memiliki kemampuan mengajarkan anak-anaknya dengan sistem yang selalu mengarah pada perubahan-perubahan sistem dan lebih bersifat praktis. Mungkinkah rasa ketakutan akan ada didalamnya ketika orangtua merasa bahwa anak-anaknya telah memasuki babak baru dalam kehidupannya. Atau mungkinkah kekhawatiran yang berlebihan akan semakin membuat mereka tidak mengalami dan menjalani perubahan-perubahan ini dengan baik. Keperdulian memang harus dimunculkan, hanya saja dimana kita harus meletakkannya. Harapan yang hendak dicapai adalah agar hubungan orangtua dengan sang anak tidak hanya sekedar hubungan antara orangtua dan anak semata, tapi lebih cenderung menciptakan konsep baru, yaitu demi kita anak harus memiliki kesadaran tinggi agar cita-citanya dapat terwujud.
Perubahan fungsi sistem reproduksi menjadi sangat dominan sekali, karena pada masa pubertas, dimana sistem hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon, yaitu gonadotrophins atau gonadotrophic hormones. Kedua jenis hormon tersebut berhubungan erat dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone atau sering disingkat FSH; dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Kecepatan pertumbuhan hormon-hormon tersebut di atas dapat dengan cepat pula merubah sistem biologis seorang anak. Banyak perubahan yang dapat terlihat ketika hormon tersebut bereaksi dalam diri si remaja. Memang tidak terlihat dengan jelas, namun semua itu pasti terjadi.
Tinjauan khususnya ialah anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah mulai aktif. Selain itu akan terjadi perubahan-perubahan fisik yang lain, seperti terjadinya perubahan bentukan payudara. Ini berarti payudara mulai berkembang, dan dengan jelas akan terlihat bahwa tubuh sudah menunjukkan perubahan bentukan fisik mengarah kepada orang dewasa. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Perubahan-perubahan bentuk fisik dalam diri anak tersebut akan dengan cepat berubah, kejadiannya sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja. Kendali disini tentu saja tidak dapat berfungsi dengan baik, hanya saja orangtua harus memiliki kemampuan mendampingi mereka. Karena pada waktu pertama kali mereka mengalami perubahan-perubahan tersebut menjadi sangat sulit terdeteksi dengan tepat. Semua perubahan yang terjadi dalam diri mereka akan tampak asing bagi psikologis diri si anak. Untuk itu perlu ada orangtua yang bisa menjelaskan kepada mereka tentang perubahan-perubahan tersebut.
Banyak faktor yang menjadikan perubahan-perubahan tersebut semakin sulit untuk ditebak. Bisa saja perubahan-perubahan terjadi seperti yang telah disebutkan di atas. Internal ataupun eksternal faktor sangat kuat sekali korelasinya dengan perubahan-perubahan yang dialami oleh sang anak. Seperti penjelasan pada bab sebelumnya bahwa protektor adalah kita sendiri, yaitu orangtua. Harapannya adalah jangan mengarahkan mereka untuk menanyakan semua perubahan tersebut pertama kalinya pada orang lain. Usahakan dampingi mereka dengan pembicaraan-pembicaraan yang sifatnya memberikan pelajaran secara biologis, namun tidak membuat mereka merasa jijik ketika mendengarnya atau bagaimana caranya agar mereka tidak merasa risih dengan terjadinya perubahan yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat dan secara tiba-tiba.
Perlu digaris bawahi bahwa ”sumber ilmu bagi mereka adalah kita sendiri (orangtua mereka)”. Jadi betapa sayangnya bila suatu ketika perubahan tersebut mereka tidak berani mengungkapkannya pada orangtua, atau terlewatkan begitu saja oleh kita. Ada satu pertanyaan yang sifatnya mendasar dan sangat puitis. Apakah berani membuktikan bahwa mereka adalah milik kita?.
Padahal mungkin saja secara sepintas kita sendiri tidak pernah melakukan untuk menjadikan mereka menjadi bagian dari ”belahan jiwa seutuhnya”, terutama pada saat kebutuhan penting mereka tidak dapat di penuhi sesuai kemampuan. Betapa sayangnya semua itu bila terlepas begitu saja tanpa ada sedikitpun masukan dari orang tersayang mereka.
Dalam hal ini, apakah kita merasa menjadi orangtua yang bertanggung jawab? Kalau berani memberikan jawaban secara garis besarnya saja itu adalah salah satu upaya yang sangat baik. Karena memang ada sebagian dari orangtua yang tidak mungkin dapat membagikan sedikit saja dari isi kepala kepada anaknya. Hal itu lebih disebabkan karena tingginya waktu kerja orangtua, sehingga personal anak menjadi tidak mendapat perhatian dengan baik, atau mungkin karena faktor pendidikan orangtua yang cenderung tidak lebih baik dari sang anak. Bila berpandangan ke depan, sebetulnya faktor tersebut bisa ditepis. Aspek waktu bisa menjadi abstraksi motivasi kita untuk merubah permasalahan tersebut, yaitu melalui bentukan kondisi apresiasi kualitas pengertian saja pada anak sepertinya akan mendorong mereka lebih memiliki kesadaran diri untuk mengerti kondisi orangtua.
Jadi tidak perlu merasa khawatir berlebihan hanya karena kondisi permasalahan yang sangat rumit, jelasnya itu bukan menjadi alasan lagi, karena tingkatan-tingkatan waktu selalu diiringi dengan beragam perubahan sistem yang ada, begitu juga dengan bagaimana seharusnya menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak. Pada dasarnya ada bagian penting selain memberitahukan pada orangtua yang sudah memiliki dasar mendidik dan bisa mengendalikan anaknya, yaitu tradisional dan modernisasi sistem pendidikan anak menjadi bahan yang harus di pikirkan secara serius.
Konteks dasarnya ialah menemukan jawaban yang tepat agar adanya keseimbangan keduanya. Tujuannya bila suatu hari nanti dari kedua dasar tadi mengarah pada pemutarbalikan kondisi, seperti orangtua yang memiliki latar belakang tradisional menginginkan anak-anaknya mampu menerima perubahan sistem secara modern, begitupula sebaliknya dengan orangtua yang memiliki latar belakang modern. Apa yang harus dilakukan didalamnya jika kedua orangtua tidak memiliki kemampuan mengajarkan anak-anaknya dengan sistem yang selalu mengarah pada perubahan-perubahan sistem dan lebih bersifat praktis. Mungkinkah rasa ketakutan akan ada didalamnya ketika orangtua merasa bahwa anak-anaknya telah memasuki babak baru dalam kehidupannya. Atau mungkinkah kekhawatiran yang berlebihan akan semakin membuat mereka tidak mengalami dan menjalani perubahan-perubahan ini dengan baik. Keperdulian memang harus dimunculkan, hanya saja dimana kita harus meletakkannya. Harapan yang hendak dicapai adalah agar hubungan orangtua dengan sang anak tidak hanya sekedar hubungan antara orangtua dan anak semata, tapi lebih cenderung menciptakan konsep baru, yaitu demi kita anak harus memiliki kesadaran tinggi agar cita-citanya dapat terwujud.
--------®®®--------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar